Telur Ayam Kampung
Cuaca sedikit mendung tapi terasa
agak panas menyelimuti kota tangerang. Aku sedang gole golean di tempat tidur
seperti orang yang bermalas malasan. Waktu itu aku berumur 8 tahun, dan sedang duduk
di bangku sekolah dasar. Waktu itu aku masih sekitar kelas 4 sd, bocah yang
masih lugu, periang dan menggemaskan. Pernyataan itu kudapat dari tetanggaku
yang sedari aku kecil dia telah tahu.
Pada hari itu adalah tanggal
merah, aku tak tahu persis ada apa di tanggal merah itu, maklum dulu masih
kecil dan tidak mengingat hari besar apa, yang aku ingat hanyalah bermain puas
di saat tanggal merah. Papa ku dulu mempunyaii banyak ayam kampung, ia
memelihara ayam ayam itu sejak aku masih tk tetapi sekarang sudah tidak lagi
karena mungkin papa ku sibuk dengan urusan pekerjaan nya sehingga ia tak sempat
mengurusi ayam ayam itu. Sehari sekali ayam ayam itu menetaskan telurnya, aku
dan mama ku sering memeriksa ketika pagi dan sore. Sesekali aku melihat ayam
ayam itu terlihat sedih ketika aku mengambil telur telur itu.
Sewaktu aku kecil, aku sering
kali makan telur setengah matang. Yah rasanya yang enak itu membuat aku ketagihan
tak karuan. Telur setangah matang mempunyai protein dan gizi yang sangat baik
untuk tubuh dan kesehatan. Telur setengah matang mempunyai rasa hampir sama dengan
telur ceplok atau telur rebus tetapi bedanya ini direbus hanya sebentar dan
tidak terlalu lama. Pagi itu aku masih tidur tiduran di tempat tidur menatap
jendela, memandangi awan biru disertai pohon pohon yang menghalanginya. Mama ku
masuk ke kamar membawakan sebuah telur ayam kampung, “ini lho nak dimakan
telurnya” kata mama. “kok gak dipecahin terus taruh ke gelas ma?” tanyaku. “ga usah ditaruh digelas,
langsung aja diminum disini” jawab mama. Aku masih bingung dan tidak yakin jika
telur ini sudah direbus, masalahnya tidak ada hangat hangat nya sedikitpun. “sudah
direbus kah ma telur ini” tanyaku dengan penasaran. “makan saja” jawab mama. “Makin
menjadi jadi saja dugaan ku terhadapp telur itu, bagaimana nanti jika aku makan
dan ternyata telur itu masih mentah? Yang ku tahu mama jua pernah memakan telur
mentah, mau muntah saja aku rasanya” berbicara sendiri dalam hati. “mau gak? Kalo
ga mau yah sudah, biar nanti mama kasihkan ke mbak yeni”. Mbak yeni adalah
salah satu orang yang sudah dianggap saudara dikeluarga ku karena ia sudah
cukup lama bekerja dirumah. “yaudah sini uli makan” kataku. Kulihat, kuraba
telur itu. Ku pecahkan sedikit ujung telur itu dengan kuku ku,lalu ku sedot isi
di dalam telur ayam kampung yang berwarna putih bersih. Rasanya dingin, terasa
seperti ayam mentah yang belum direbus sama sekali, yah walaupun aku belum
pernah merasakan telur ayam kampung mentah. “ma kok rasanya begini sih tidak
seperti biasanya?” tanyaku. “iya itu telur nya belum mama rebus” jawab mama
sambil senyam senyum. Aaaaahhhh rasanya seperti ingin muntah dan ingin
dikeluarkan lagi dari perut. Oh mama…sungguh kau telah mengerjai ku dengan ayam
telur kampung mentah. Jika aku mengingat peristiwa itu , rasanya ingin mual
sampai sekarang tetapi tidak apa apa, sesuatu yang belum dicoba maka kita tidak
tau apa rasanya :)
Sekian :)
Komentar